Minggu, 25 Desember 2011

Iklan, Sarana Pembangunan Citra Politik


Dewasa ini, media massa  berkembang  begitu pesat. Entah itu media cetak, media elektronik, ataupun media display.  Seiring berjalannya waktu, media – media tersebut sudah beralih dari tren lama ke tren baru. Tren tersebut berkenaan dengan model atau pun gaya dari masing – masing media tersebut.  Apalagi, seiring berakhirnya rezim orde baru, media massa, yaitu media cetak dan media elektronik saling bermunculan di Indonesia ini. Berbeda dengan pada massa orde baru yang kemunculan media massa sangat dibatasi. Karena, media massa telah menjamur di Indonesia dewasa ini, media massa khususnya media cetak dan elektronik sangat mempengaruhi presepsi masyarakat akan sesuatu.  Oleh karena dampak dari media massa cukup kuat bagi masyarakat di Indonesia, para actor politik juga menggunakan media massa untuk melakukan komunikasi politik dengan masyarakat Indonesia dan juga dalam hal menumbuhkan citra dari diri seorang actor politik terhadap masyarakat.
Citra berasal dari bahasa jawa yang berarti gambar. Citra juga bisa diartikan sebagai kesan, perasaan, gambaran diri public terhadap perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi (Soemirat. 2005:111). Apabila sorang actor politik diibaratkan sebagai sebuah organisasi , citra diperlukan untuk memberikan presepsi akan actor politik tersebut terhadap publicnya, yaitu masyarakat. Dengan adanya media massa, dapat membangun citra dirinya dengan menggunakan fasilitas iklan yang ada di media tersebut. Namun, citra politik adalah gambaran politik (kekuasaan, kewenangan, otoritas, konflik, dan consensus) yang memiliki makna kendatipun tidak selamanya sesuai dengan realitas politik yang sebenarnya.  Jadi, sebenarnya iklan politik yang ada di media massa tidak selamanya sesuai dengan realitas yang ada, melainkan realitas media. Yaitu realitas buatan atau realitas tangan kedua. Realitas ini dibuat oleh wartawan dan redaktur yang mengelola peristiwa politik menjadi berita politik, melalui proses penyaringan dan seleksi (Ardial. 2010:47).  Itu berarti, media berperan secara besar dalam pembentukan citra sebuah actor politik.
Kita ambil contoh saja pada pemilihan umum presiden tahun 2009 lalu. Para calon kandidat presiden dan wakil presiden saling saling beriklan dan membuat citra terhadap dirinya di media massa. Mungkin semua isi yang ada dalam iklan kampanye tersebut belum tentu sesuai dengan realitas yang ada dengan sepenuhnya. Tetapi, dalam hal ini yang diyakini adalah para calon kandidat presiden dan wakil presiden ingin merebut simpati dari masyarakat dengan iklan dirinya yang ada di media massa.
Kita ambil contoh yaitu iklan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan presiden tahun 2009 silam. dalam iklan yang calon presiden yang berasal dari daerah Pacitan ini, beliau menciptakan kesan pada masyarakat bahwa dirinya adalah seorang sosok yang gagah, mempunyai kharisma, dan memberikan citra seperti slogan yang ada di iklan ini, yaitu “SBY Presidenku”. Disini, iklan ini ingin memberikan makna bahwa seorang SBY adalah seseorang yang cocok untuk dijadikan presiden bagi rakyat Indonesia.
di sebuah iklan pasangan SBY – Boediono yang lain, dalam iklan ini digambarkan dengan banyak program – program yang akan mereka laksanakan yang akan mensejahterakan rakyat Indonesia. Dalam iklan ini, pasangan SBY – Boediono memberikan citra pada diri mereka bahwa pasangan ini akan membuat Indonesia sejahtera, seperti pada slogan iklannya. Namun, apakah semua isi yang ada dalam iklan SBY ini sesuai dengan realitas yang ada. Kita lihat saja masih banyak masalah kemiskinan yang terjadi pada saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini menjabat sebagai Presiden pada peride 2004 – 2009. Tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa program yang cukup membantu untuk mengentaskan kemiskinan. Seperti program bantuan Tunai Langsung, dan sebagainya.
Kita ambil contoh lain dari kandidat pasangan calon presiden dan wakil presiden Megawati dan Prabowo. Slogan yang mereka usung dalam iklan ini adalah Pro rakyat. Dalam iklan ini, Megawati – Prabowo ingin membangun citra pada masyarakat bahwa mereka adalah sosok yang pro rakyat, selalu membela kepentingan rakyat, dan anti neoliberalisme. Dengan slogan yang yang diusung oleh pasangan ini, yaitu haluan baru, terobosan baru, dan harapan baru, mereka ingin mengirimkan pesan kepada masyarakat Indonesia bahwa sekarang ini saatnya melakukan terobosan baru dan haluan baru dengan memilih pasangan Megawati – Prabowo ini. Namun, yang harus dipertanyakan adalah apakah benar pasangan Megawati dan Prabowo ini pro rakyat. Jika kita melihat masa lalu pada saat Putri Mantan Presiden Soekarno ini menjabat menjadi Presiden Indonesia, ada beberapa hal yang dilakukan oleh Megawati yang sangat tidak pro rakyat. Salah satunya adalah penjualan aset negara seperti saham – saham BUMN kepada pihak asing. Apakah ini yang dinilai sebagai pro rakyat Indonesia. Apakah dengan menjual aset negara kepada asing juga disebut dengan memberikan terobosan baru yang pro rakyat.
Itu semua adalah iklan yang semata – mata hanya ingin merebut perhatian masyarakat Indonesia dan hanya ingin memberikan citra positif pada diri pengiklan tersebut. Tanpa memperharikan relalitas yang terjadi sesungguhnya.
Disamping itu, menurut teori agenda setting, media sangat berperan besar dalam menentukan pikiran khalayak atau masyarakat. Karena, teori ini mengatakan bahwa media tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar – benar berhasil memberitahu kita berfikir tentang apa. Media massa selalu mengarahkan pada apa yang harus kita lakukan (Nurudin.2007:195). Oleh karena itu, para aktor politik yang sedang terjun dalam pergolakan pemilihan umum seperti pemilihan Presiden dan Wakil Presiden berlomba – lomba untuk menggunakan media demi menciptakan sebuah agenda setting kepada masyarakat tentunya yang sesuai dengan harapan aktor politik tersebut.
Sebagai contoh, pada saat pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2009 silam, media yang mendukung pasangan Megawati – Prabowo lebih membicarakan isu – isu negatif tentang pasangan calon Susilo Bambang Yudhoyono – Boediono. Seperti membicarakan tentang kegagalan BLT, belum adanya kesejahteraan rakyat, dan lain sebagainya. Hal tersebut sengaja dibuat agar dapat mempengaruhi dan mengarahkan pikiran masyarakat jika pasangan SBY – Boediono adalah pasangan yang jelek melainkan pasangan Megawati dan Boediono sebagai pasangan yang cukup diidamkan oleh masyarakat Indonesia.
Untuk membentuk citra politik yang berkesan di benak masyarakat Indonesia, banyak tipologi iklan yang digunakan para calon presiden – wakil presiden pada masa pemilihan umum tahun 2009 lalu. Diantaranya adalah Cinema – Verite, yaitu kandidat ditampilkan dari setting real life dengan berinteraksi dengan orang lain. Sebagai contoh adalah iklan Megawati dan Prabowo. Dalam iklan Megawati, dia digambarkan sedang berinteraksi dengan masyarakat kecil yang sedang berbelanja di pasar. Dalam iklan ini, megawati digambarkan sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat kecil dan juga ibu – ibu.
Di dalam iklan Prabowo, Prabowo digambarkan akrab dengan kaum tani yang sedang melakukan aktifitasnya di sawah. Di dalam iklan tersebut, Prabowo berinteraksi dengan masyarakat tani tersebut, yang sengaja dibentuk agar dalam benak masyarakat, prabowo adalah seorang sosok yang dekat dengan kaum petani.

Facebook sebagai sarana iklan politik
Seiring berkembangnya teknologi online dan begitu banyaknya pengguna jejaring sosial khususnya facebook di Indonesia, mendorong para calon Presiden dan Wakil Presiden untuk membuat facebook tentang diri calon tersebut dan melakukan kampanye atau iklan dalam media facebook tersebut.
Sebagai contoh adalah pasangan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan calon wakil presiden Boediono ini juga aktif untuk beriklan dan berkampanye menggunakan jejaring sosial facebook ini.
Dalam facebook pasangan SBY – Boediono dijelaskan tentang visi misi yang akan diusung jika menang dalam pemilu 2009, menggambarkan citra dari pasangan ini, dan lain sebagainya. Di dalam facebook pasangan SBY – Boediono ini juga banyak yang memberikan komentar khususnya tentang realisasi akan janji – janji politiknya. Yang kebanyakan adalah anak muda.
Tidak hanya pasangan calon presiden SBY – Boediono saja yang melakukan hal beriklan atau mempromosikan dirinya melalui facebook. Calon presiden Megawati juga melakukan hal yang sama. Yaitu membuat account pribadi facebook untuk dirinya. Dalam account facebook megawati, tertuang beberapa visi dan misi megawati untuk menjadi seorang Presiden Indonesia, iklan – iklan politiknya, dan lain sebagainya. Namun, jika dibandingkan dengan komentar – komentar yang ada pada facebook SBY dan juga Megawati, facebook SBY memiliki lebih banyak komentar yang berasal dari sebagian besar kalangan anak muda.
Dan, karena efek yang ditimbulkan oleh media begitu besar bagi pengembangan citra dai seorang tokoh, iklan di media tentunya masih menjadi lahan utama untuk melakukan pencitraan pada diri masing – masing aktor politik. Seperti para calon presiden dan wakil presiden, dan lain sebagainya. Dan seiring dengan berkembangnya jaman dengan majunya sektor media online seperti jejaring sosial dan lainnya, para aktor politik atau tokoh tertentu juga harus jeli untuk mempetimbangkan dimana akan membuat iklan untuk pengembangan citra dirinya, dan khalayak mana sajakah yang akan dibidik dalam iklan tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar